Saya akan membahas Fenomena
kedisiplinan pada mahasiswa, banyak mahasiswa yang tidak peduli dengan
kedisiplinan padahal 12tahun mereka diajarkan di sekolah tentang kedisiplinan.
Bahkan urusan kuku pun diatur dan ada hukumannya.
Tapi sekarang bak hilang
ditelan ombak, Mahasiswa yang sejatinya penerus bangsa melupakan nilai-nilai
kedisiplinan yang telah ditanamkan sejak dini. Saya Akan mengulas dengan
beberapa teori Psikologi.
Teori Moral Kohlberg (1927-1987)
perkembangan moral pada
awal masa kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah, karena perkembangan
intelektual anak-anak belum mencapai titik di mana ia dapat mempelajari atau
menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang benar dan salah, tidak mempunyai
dorongan untuk mengikuti peraturan peraturan karena tidak mengerti manfaatnya
sebagai anggota kelompok social.
Kohlberg memasukkan dua tahapan dari tingkat perkembangan
pertama ini yang ia sebut sebagai “moralitas prakonvensional”. Dalam tahap
pertama, anak berorientasi patuh dan hukuman dalam arti ia menilai benar salah
berdasarkan konsekuensi fisik. Dalam tahap kedua, anak menyesuaikan diri dengan
harapan social agar dipuji.
- Disiplin
dalam awal masa kanak-kanak
Disiplin ialah cara
masyarakat mengajarkan perilaku moral kepada anak agar diterima kelompok. Ada
tiga unsur penting dalam disiplin: peraturan dan hukum yang berfungsi sebagai
pedoman bagi penilaian yang baik, hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hukum,
dan hadiah untuk perilaku yang baik atau usaha untuk berperilaku social yang
baik.
Ada tiga jenis disiplin
yang digunakan pada awal masa kanak-kanak.
- Disiplin
otoriter, yakni orang tua atau pengasuh menetapkan peraturan-peraturan dan
memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi peraturan tersebut.
§ Disiplin yang lemah,
yakni teknik disipin yang mendasarkan bahwa melalui akibat dari perbuatannya
sendiri anak akan belajar bagaimana berperilaku secara social.
§ Disiplin demokratis,
yakni menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa peraturan dibuat dan
memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap
peraturan itu tidak adil.
Penerapan disiplin yang
berbeda akan mendapatkan hasil yang berbeda pula.
§ Pengaruh pada perilaku
§ Disiplin lemah; anak
akan mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak orang lain, agresif dan
tidak social.
§ Disiplin otoriter; anak
akan sangat patuh pada orang dewasa, agresif dengan teman sebaya.
§ Disiplin demokratis;
anak akan belajar mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan
hak-hak orang lain.
§ Pengaruh pada sikap
§ Disipin otoriter; anak
cenderung membenci orang yang berkuasa, merasa diperlakukan tidak adil.
§ Disiplin lemah; benci
terhadap orang yang berkuasa, merasa bahwa orang tua seharusnya memperingatkan
bahwa tidak semua orang dewasa mau menerima perilaku yang tidak disiplin.
§ Disiplin demokratis;
menyebabkan kemarahan sementara namun bukan kebencian.
§ Pengaruh pada
kepribadian
§ Semakin banyak hukuman
fisik, anak semakin cemberut karena kepala dan negativistic.
§ Penyesuaian pribadi dan
social yang buruk.
§ Mempunyai penyesuaian
pribadi dan social yang terbaik.
1.
Pelanggaran
Pelanggaran adalah
bentuk ringan dari menyalahi aturan atau perbuatan yang keliru. Pelanggaran
pada masa awal kanak-kanak disebabkan oleh tiga hal; pertama, ketidaktahuan
bahwa perilakunya tidak dibenarkan oleh kelompok social, atau lupa dan tidak
mengerti dalam situasi apa peraturan itu berlaku. Kedua, anak belajar bahwa sengaja
tidak patuh pada hal yang kecil umumnya akan mendapat perhatian yang besar
daripada perilaku yang baik. Ketiga, dapat disebabkan oleh kebosanan, dengan
melakukan kehebohan dll.
2.
Minat pada agama
Bagi anak-anak keyakinan
agama sebagian besar tidak berarti meskipun mereka menunjukkan minat dalam
ibadah agama. Tetapi karena banyak hal yang disangkutpautkan dengan masalah
agama, maka keingin tahuan mengenai masalah agama menjadi besar.
Konsep anak-anak mengenai agama adalah realistic, dalam arti
anak menafsirkan apa yang didengar dan dilihat sesuai dengan apa yang sudah
diketahui. Sepanjang awal masa kanak-kanak, minat pada agama bersifat
egosentris. Tahap ni juga disebut tahap dongeng dari keyakinan agama, karena
anak menerima semua keyakinannya dengan unsur yang tidak nyata.
3.
Bahaya moral
Secara umum ada empat
bahaya moral dalam tahap awal masa kanak-kanak. Pertama, disiplin yang tidak
konsisten memperlambat proses untuk belajar menyesuaikan diri dengan harapan
social. Kedua, kalau anak tidak ditegur atas perbuatan-perbuatan yang melanggar
dan kalau anak dibiarkan memperoleh kepuasan sementara dari kekaguman dan iri
hati teman-teman terhadap perilakunya yang salah, maka hal ini akan mendorong
anak untuk terus mempertahankan perilaku yang salah.
Ketiga, terlampau banyak
penekanan pada hukuman terhadap perilaku salah dan terlampau sedikit penekanan
pada sikap yang kurang baik kepada orang yang berkuasa. Dalam hal ini hanya ada
tiga alas an yang dibenarkan untuk menghukum anak, pertama kalau tidak ada cara
lain untuk menyampaikan larangan kepada anak; kedua, hukuman diberikan kalau
anak melakukan perbuatan yang terlarang; ketiga, agar supaya efektif hukuman
jangan terlalu sering dilakukan karena anak akan menjadi kurang peka terhadap
tujuan hukuman.
Keempat
dan yang paling serius dari sudut pandang jangka panjang ialah anak yang
terkena disiplin otoriter yang pokok penekanannya pada pengendalian eksternal
tidak didorong untuk mengembangkan pengendalian internal terhadap
perilaku yang membentuk dassar bagi perkembangan lebih lanjut hati nurani.
Teori Behaviorisme
Operant Conditioning – Skinner (1904)
Proses belajar disini untuk
memunculkan perilaku baru dan diperkuat dengan Reinforcement. Reinforcement
untuk menguatkan perilaku yang diinginkan sedangkan hukuman untuk melemahkan
perilaku yang tidak diinginkan. Dalam Hal kedisiplinan, contohnya saja jika
hari senin dan tiba waktunya untuk upacara kita haru memakai topi, dasi, ikat
pinggang, sepatu hitam. Jika tidak maka akan dijemur dan diberi hukuman.
Sehingga kita akan mempersiapkan lebih dahulu jika tidak ingin mendapat
hukuman. Walaupun efeknya hanya pada hari senin saja. Sewaktu sekolah dasar,
saya di depan pintu kelas berbaris untuk diperiksa kuku jika kukunya tidak rapi
maka dia akan dihukum menghapalkan perkalian. Sehingga anak anak pasti datang
ke sekolah dengan kuku yang sudah digunting rapi.
Sehingga memunculkan kedisiplinan pada
diri kita. Contohnya lagi jika terlambat kita akan diberi hukuman dan diabsen,
tapi sejak menjadi mahasiswa kita tidak akan ditelfon saat tidak masuk, karena
tanggung jawab kita sudah sangat besar. Mau masuk, mau terlambat karena ada
urusan mendadak jga jika aturannya terlambat 30 menit tidak akan absen ya
berarti itu konsekuensi kita sendiri.
Disiplin Belajar juga sangat
mempengaruhi dengan Prestasi Belajar, mahasiswa yang sudah terbiasa disiplin
belajar akan terbiasa belajar sehingga prestasinya pun akan meningkat. Jika
waktunya belajar ya belajar. Anak jaman sekarang kan dikit-dikit buka gadget,
media social sehingga menurunkan semangat belajarnya. Jika dia ditanamkan sejak
kecil disiplin, maka dia tidak akan terpengaruh dengan hal-hal yang menganggu
aktifitasnya.
Sumber:
Santrock,
John W. (2010). Life Span Development 13th
edition. Boston: Mc GrawHills.
Miller,Patricia
H. (2011). Theories of Developmental
Psychology 5th Edition. United States: Worth Publishers.
0 komentar:
Posting Komentar