Tingkat kedisiplinan dengan Prestasi Mahasiswa

Senin, 24 Maret 2014

Saya akan membahas Fenomena kedisiplinan pada mahasiswa, banyak mahasiswa yang tidak peduli dengan kedisiplinan padahal 12tahun mereka diajarkan di sekolah tentang kedisiplinan. Bahkan urusan kuku pun diatur dan ada hukumannya. 
Tapi sekarang bak hilang ditelan ombak, Mahasiswa yang sejatinya penerus bangsa melupakan nilai-nilai kedisiplinan yang telah ditanamkan sejak dini. Saya Akan mengulas dengan beberapa teori Psikologi.

Teori Moral Kohlberg (1927-1987)
perkembangan moral pada awal masa kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah, karena perkembangan intelektual anak-anak belum mencapai titik di mana ia dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang benar dan salah, tidak mempunyai dorongan untuk mengikuti peraturan peraturan karena tidak mengerti manfaatnya sebagai anggota kelompok social.
Kohlberg memasukkan dua tahapan dari tingkat perkembangan pertama ini yang ia sebut sebagai “moralitas prakonvensional”. Dalam tahap pertama, anak berorientasi patuh dan hukuman dalam arti ia menilai benar salah berdasarkan konsekuensi fisik. Dalam tahap kedua, anak menyesuaikan diri dengan harapan social agar dipuji.
  1. Disiplin dalam awal masa kanak-kanak
Disiplin ialah cara masyarakat mengajarkan perilaku moral kepada anak agar diterima kelompok. Ada tiga unsur penting dalam disiplin: peraturan dan hukum yang berfungsi sebagai pedoman bagi penilaian yang baik, hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hukum, dan hadiah untuk perilaku yang baik atau usaha untuk berperilaku social yang baik.
Ada tiga jenis disiplin yang digunakan pada awal masa kanak-kanak.
  • Disiplin otoriter, yakni orang tua atau pengasuh menetapkan peraturan-peraturan dan memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi peraturan tersebut.

§  Disiplin yang lemah, yakni teknik disipin yang mendasarkan bahwa melalui akibat dari perbuatannya sendiri anak akan belajar bagaimana berperilaku secara social.
§  Disiplin demokratis, yakni menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa peraturan dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap peraturan itu tidak adil.
Penerapan disiplin yang berbeda akan mendapatkan hasil yang berbeda pula.
§  Pengaruh pada perilaku
§  Disiplin lemah; anak akan mementingkan diri sendiri, tidak menghiraukan hak orang lain, agresif dan tidak social.
§  Disiplin otoriter; anak akan sangat patuh pada orang dewasa, agresif dengan teman sebaya.
§  Disiplin demokratis; anak akan belajar mengendalikan perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain.
§  Pengaruh pada sikap
§  Disipin otoriter; anak cenderung membenci orang yang berkuasa, merasa diperlakukan tidak adil.
§  Disiplin lemah; benci terhadap orang yang berkuasa, merasa bahwa orang tua seharusnya memperingatkan bahwa tidak semua orang dewasa mau menerima perilaku yang tidak disiplin.
§  Disiplin demokratis; menyebabkan kemarahan sementara namun bukan kebencian.
§  Pengaruh pada kepribadian
§  Semakin banyak hukuman fisik, anak semakin cemberut karena kepala dan negativistic.
§  Penyesuaian pribadi dan social yang buruk.
§  Mempunyai penyesuaian pribadi dan social yang terbaik.
1.      Pelanggaran
Pelanggaran adalah bentuk ringan dari menyalahi aturan atau perbuatan yang keliru. Pelanggaran pada masa awal kanak-kanak disebabkan oleh tiga hal; pertama, ketidaktahuan bahwa perilakunya tidak dibenarkan oleh kelompok social, atau lupa dan tidak mengerti dalam situasi apa peraturan itu berlaku. Kedua, anak belajar bahwa sengaja tidak patuh pada hal yang kecil umumnya akan mendapat perhatian yang besar daripada perilaku yang baik. Ketiga, dapat disebabkan oleh kebosanan, dengan melakukan kehebohan dll.
2.      Minat pada agama
Bagi anak-anak keyakinan agama sebagian besar tidak berarti meskipun mereka menunjukkan minat dalam ibadah agama. Tetapi karena banyak hal yang disangkutpautkan dengan masalah agama, maka keingin tahuan mengenai masalah agama menjadi besar.
Konsep anak-anak mengenai agama adalah realistic, dalam arti anak menafsirkan apa yang didengar dan dilihat sesuai dengan apa yang sudah diketahui. Sepanjang awal masa kanak-kanak, minat pada agama bersifat egosentris. Tahap ni juga disebut tahap dongeng dari keyakinan agama, karena anak menerima semua keyakinannya dengan unsur  yang tidak nyata.
3.      Bahaya moral
Secara umum ada empat bahaya moral dalam tahap awal masa kanak-kanak. Pertama, disiplin yang tidak konsisten memperlambat proses untuk belajar menyesuaikan diri dengan harapan social. Kedua, kalau anak tidak ditegur atas perbuatan-perbuatan yang melanggar dan kalau anak dibiarkan memperoleh kepuasan sementara dari kekaguman dan iri hati teman-teman terhadap perilakunya yang salah, maka hal ini akan mendorong anak untuk terus mempertahankan perilaku yang salah.
Ketiga, terlampau banyak penekanan pada hukuman terhadap perilaku salah dan terlampau sedikit penekanan pada sikap yang kurang baik kepada orang yang berkuasa. Dalam hal ini hanya ada tiga alas an yang dibenarkan untuk menghukum anak, pertama kalau tidak ada cara lain untuk menyampaikan larangan kepada anak; kedua, hukuman diberikan kalau anak melakukan perbuatan yang terlarang; ketiga, agar supaya efektif hukuman jangan terlalu sering dilakukan karena anak akan menjadi kurang peka terhadap tujuan hukuman.
Keempat dan yang paling serius dari sudut pandang jangka panjang ialah anak yang terkena disiplin otoriter yang pokok penekanannya pada pengendalian eksternal tidak didorong  untuk mengembangkan pengendalian internal terhadap perilaku yang membentuk dassar bagi perkembangan lebih lanjut hati nurani.

Teori Behaviorisme

Operant Conditioning – Skinner (1904)

Proses belajar disini untuk memunculkan perilaku baru dan diperkuat dengan Reinforcement. Reinforcement untuk menguatkan perilaku yang diinginkan sedangkan hukuman untuk melemahkan perilaku yang tidak diinginkan. Dalam Hal kedisiplinan, contohnya saja jika hari senin dan tiba waktunya untuk upacara kita haru memakai topi, dasi, ikat pinggang, sepatu hitam. Jika tidak maka akan dijemur dan diberi hukuman. Sehingga kita akan mempersiapkan lebih dahulu jika tidak ingin mendapat hukuman. Walaupun efeknya hanya pada hari senin saja. Sewaktu sekolah dasar, saya di depan pintu kelas berbaris untuk diperiksa kuku jika kukunya tidak rapi maka dia akan dihukum menghapalkan perkalian. Sehingga anak anak pasti datang ke sekolah dengan kuku yang sudah digunting rapi.
Sehingga memunculkan kedisiplinan pada diri kita. Contohnya lagi jika terlambat kita akan diberi hukuman dan diabsen, tapi sejak menjadi mahasiswa kita tidak akan ditelfon saat tidak masuk, karena tanggung jawab kita sudah sangat besar. Mau masuk, mau terlambat karena ada urusan mendadak jga jika aturannya terlambat 30 menit tidak akan absen ya berarti itu konsekuensi kita sendiri.

Disiplin Belajar juga sangat mempengaruhi dengan Prestasi Belajar, mahasiswa yang sudah terbiasa disiplin belajar akan terbiasa belajar sehingga prestasinya pun akan meningkat. Jika waktunya belajar ya belajar. Anak jaman sekarang kan dikit-dikit buka gadget, media social sehingga menurunkan semangat belajarnya. Jika dia ditanamkan sejak kecil disiplin, maka dia tidak akan terpengaruh dengan hal-hal yang menganggu aktifitasnya.

Sumber:
Santrock, John W. (2010). Life Span Development 13th edition. Boston: Mc GrawHills.
Miller,Patricia H. (2011). Theories of Developmental Psychology 5th Edition. United States: Worth Publishers.

0 komentar:

Posting Komentar