Tes
Kemampuan Mental
Tes kemampuan mental atau Mental
Ability Test.
Sebelum kita ke alat tesnya. Mari kita
bahas tentang Mental Ablities tsb.
Apa itu Mental Abilties?
-
Kemampuan untuk
menampilkan/ memperlihatkan proses mental yang lebih tinggi seperti memberi alasan
( Reasoning), memahami (Understanding) dan Problem Solving (memecahkan
masalah).
Banyak psikolog- psikolog menyatakan bahwa
intelegensi adalah proses mental yang lebih tinggi.
Intelegensi?
Alfred Binet,
inteligensi
terdiri dari tiga komponen, yaitu
•
kemampuan untuk mengarahkan
pikiran atau tindakan,
•
kemampuan untuk mengubah
arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan,
•
dan kemampuan
untuk mengritik diri sendiri (autocriticism).
Thurstone (1938)
“Primary Mental Abilities”,
-Berbahasa
-Mengingat
-Berfikir
-Analisis Ruangan
-Bilangan
-Menggunakan kata-kata
-mengamati dengan cepat dan cermat
-Mengingat
-Berfikir
-Analisis Ruangan
-Bilangan
-Menggunakan kata-kata
-mengamati dengan cepat dan cermat
A brief history of IQ test.
-
Binet
mengembangkan tes intelegensi u/ mengidentifikasi anak-anak berkebutuhan
khusus. Didalamnya terdapat pertanyaan- pertanyaan tentang Reasoning, Problem
solving dengan berbagai tingkat kesulitan.
-
Terman
mengembangkan revisi dari tes Binet yang dikenal dengan “Stanford – Binet).
Disalamnya terdapat item-item yang menggambarkan intelegensi orang dewasa
maupun anak-anak. Menjadi model tes IQ.
-
Weschler
memperbaiki tes-tes sebelumnya. Tes ini termasuk didalamnya subtes-subtest yang
termasuk verbal konten.
IQ test Today
-
Di
sekolah-sekolah, tes Stanford-Binet paling sering digunakan.
-
A person Intelegence
Quotient – IQ Score – Menggambarkan sejauh mana performa seseorang dalam tes
dari rata-rata performa orang yang berada dalam grupnya.
Evaluating IQ test
-
A person’s IQ
score itu selalu berubah setiap tahun, tapi merefleksikan perubahan kemampuan.
-
Selain itu, IQ
Test adalah tes yang reliable, yang biasa diuji kembali. Dan menjadi good
predictor untuk kehidupan akademisi.
-
Bagaimanapun, IQ
test menilai hanya beberapa kemampuan yang mungkin menggambarkan aspek-aspek
dari intelegensi
Intelegence and the Diversity of
Mental Abilities :
-
Pendekatan
Psikometri
Pendekatan Psikometri menganalisa struktur dari intelegensi dengan
menguji hubungab antara test dengan kemapuan mental.
Karena skor di hampir semua tes kemampuan
mental berhubungan (positively correlated), Spearman menyimpulkan bahwa semua
dari test ini mengukur General factor- factor
dari kemampuan mental yang disebut G-factor.
Penelitian lainnya menyimpulkan bahwa
intelegensi bukanlah trait tunggal. Seperti terlihat bahwa g-factor
merefleksikan kumpulan-kumpulan dari subskills dan kemampuan mental yang
mengharuskan mendapat nilai yang bagus di semua tes intelegensi.
-
Pendekatan
Pemrosesan Informasi
Pemrosesan Informasi fokus terhadap proses
dimana perilaku intelegensi dibuat
Korelasi positif yang ditemukan antara skor IQ
dan ukuran dari fleksibilitas dan kemampuan memperhatikan, dan diantar skor IQ
dan pengukuran kecepatan pemrosesan informasi.
Menurut Sternberg, Berfikir menggunakan
intelegensi melibatkan tiga jenis proses mental
a) Meta-komponen
(Metacomponents), yaitu proses-proses eksekutif yang lebih tinggi
tingkatannya (seperti metakognisi) yang digunakan untuk merencanakan, memonitor
dan mengevaluasi pemecahan masalah.
b) Komponen-komponen
performa (Performance), yaitu proses-proses di tataran yang lebih rendah
yang digunakan untuk mengimplementasikan perintah-perintah dari meta-komponen.
c) Komponen
akuisisi pengetahuan (Knowledge-acquisition components), yaitu
proses-proses yang digunakan untuk mempelajari cara menyelesaikan masalah.
Dan juga Teori Triarki, kecerdasan
manusia mencakup tiga aspek, yaitu hubungan dengan : (1) Dunia Internal, (2)
Pengalaman, (3) dunia eksternal individu.
-
Multiple
Intelegence
-
Gardner’s Multiple
Intelligences
-
1. Verbal-linguistic intelligence (well-developed verbal skills
and sensitivity to the sounds, meanings and rhythms of words)
-
2. Logical-mathematical intelligence (ability to think
conceptually and abstractly, and capacity to discern logical and numerical
patterns)
-
3. Spatial-visual intelligence (capacity to think in images and
pictures, to visualize accurately and abstractly)
-
4. Bodily-kinesthetic intelligence (ability to control one’s body
movements and to handle objects skillfully)
-
5. Musical intelligences (ability to produce and appreciate
rhythm, pitch and timber)
-
6. Interpersonal intelligence (capacity to detect and respond
appropriately to the moods, motivations and desires of others)
-
7. Intrapersonal (capacity to be self-aware and in tune with inner
feelings, values, beliefs and thinking processes)
-
8. Naturalist intelligence (ability to recognize and categorize
plants, animals and other objects in nature)
-
9. Existential intelligence (sensitivity and capacity to tackle
deep questions about human existence such as, What is the meaning of life? Why
do we die? How did we get here?
-
(Source: Thirteen
ed online, 2004)
-
Creativity
- J.P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan
- J.P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan
-
Sedangkan tes inteligensi hanya
dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen
Motivation
1.
Definisi : Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang
individu untuk mencapai tujuannya.(Mitchell, T. R. Research
in Organizational Behavior. Greenwich, CT: JAI Press, 1997, hal. 60-62.)
Sources of Motivation
Terdapat 4 kategori
-
Biological
Factors – contohnya : kebutuhan akan makanan, air, temperature dll
-
Cognitive Factors
– orang-orang sering berperilaku di macam-macam cara karena apa yang mereka pikir
itu mungkin dan dapat dilakukan dan karena bagaimana mereka mengantisipasi
orang lain akan bereaksi seperti apa.
-
Emotional Factors
– Panik, Takut, Marah, Cinta dan emosi lainnya bisa membuat seseorang melakukan
apa yang melibatkan emotional factor tsb. Contoh : Kemarahan dapat membuat seseorang
menjadi pembunuh.
-
Social Factors –Orang-orang
berinteraksi dengan orangutan, saudara, teman, guru, tv, dan lainnya. Semua
pengaruh dari Social Factor memberikan efek disetiap aspek dari perilaku
manusia.
Theoretical perspective of Motivation
-
Instinct Theory –
Menurut Freud, naluri atau insting adalah
representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang)
pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh.
-
Drive
reduction Theory – Drive -reduction theory is an
explanation for motivation that focuses on maintaining homeostasis, or a sense
of equilibrium.
-
Arousal Theory – People are motivated to maintain an optimal
level of arousal.
-
Incentive Theory –People are motivated to perform behaviors
when they expect those behaviors to have outcomes that they value highly.
Lalu bagaimana mengukurnya?
1.
Tes
Rorschach
Dalam psychodiagnostic
tersebut Rorschach menulis bahwa dia telah menyeleksi satu seri bercak tinta
yang terdiri dari 10 kartu dari beribu-ribu kartu yang telah dicobakan. Tidak
semua pola yang dibuat dapat diuji cobakan, paling tidak harus memenuhi 2 persyaratan,
yaitu:
- Bentuk gambar tersebut relatif
simpel.Distribusi
- bercak harus memenuhi
persyaratan komposisi tertentu.
Subjek eksperimen
Rorschach sebagian besar memang adalah para penyandang masalah kejiwaan. Tetapi
Rorschach juga menggunakan subjek orang-orang normal, baik yang berpendidikan
maupun tidak berpendidikan.
Menurut Klopfer (1962)
tekniik bercak tinta yang disusun oleh Rorschach merupakan titik puncak
keberhasilan dari peneliian-penelitian yang menggunakan bercak tinta selama 20
tahun di Eropa dan Amerika. Rorschach berhasil menerobos aspek-aspek yang belum
pernah dijangkau oleh peneliti-peneliti lain. Kalau ahli-ahli sebelumnya
kebanyakan hanya menganalisa bercak tinta dari segi isi dari respon subjek
saja, dan mengatakan bahwa bercak tinta yang diberikannya itu adalah tes
imajinasi, tetapi menurut Rorschach dalam membuat interpretasi terhadap bercak
tinta itu sebenarnya fungsi imajinasi hanya sedikit. Yang paling berperan
adalah fungsi persepsi (Rorschach, 1981).
Rorschach lebih
menekankan untuk memahami bagaimana seseorang menghayati sesuatu, kurang
mementingkan apa isi penghayatannya. Kalau ada orang yang mengalami ketakutan,
atau kecemasan, bukan isi ketakutan atau kecemasan itu yang dilihat, tetapi
bagaimana dia mengahayati kecemasan itu sebagai suatu gejala psikologis,
bagaimana hubungannya dengan fungsi-fungsi psikologis yang lain.
Bruno Klopfer
mengembangkan tes Rorschach. Pada tahun 1934 telah mengembangkan ide-ide
Rorschach dalam kelompok studinya. Pada tahun 1936 Klopfer dkk mendirikan
Rorschach Institute sebagai lembaga melatih para para ahli untuk menggunakan
tes Rorschach. Pada tahun 1948 Rorschach Institute berubah menjadi The Society
for Projective Technique, yang menerbitkan TAT (Thematic Apperception Test) dan
tes proyektif lainnya.
Selain itu banyak alat
tes yang juga menggunakan teknik bercak tinta, yang dikembangkan untuk menutupi
kelemahan-kelemahan tes Rorschach, seperti misalnya :
1.
Bero yang dirancang
sebagai tes Rorschach untuk anak-anak
2.
Zullinger Test (Z –
test) dirancang dengan menggunakan 3 kartu bercak tinta yang lebih
kompleks
3.
Group Rorschach, yaitu
pelaksanaan administrasi tes Rorschach secara klasikal, pertama kali di rintis
oleh Harrower dan Steiner dengan memproyeksikan bercak tinta menggunakan tinta
lewat slide. Juga di kembangkan jawaban yang multiple choice
4.
Holtzman Ink Blot
Technique, dirancang oleh Holtzman untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan
metodologi dan tes Rorschach
5.
Piotrowski’s Automated
Rorschach (PAR), dirancang oleh Piotrowski pada tahun 1974 dengan menggunakan
computer untuk skoring dan intepretasinya.
Penerapan tes Rorschach
sebagian besar di bidang klinis, baik di rumah sakit maupun di klinik
psikiatris dan psikologis. Tetapi tes Rorschach juga bisa menjadi terapi, ada
testi yang mengatakan ketika selesai menjalani tes ini testi merasa lega dan
hilang beban pikiran dan emosionalnya.
Teknik Rorschach juga
banyak digunakan di luar bidang klinis. Misalnya di bidang militer dan
industri, tes Rorschach banyak digunakan sebagai alat seleksi. termasuk
pengguna tes Rorschach secara kelompok (Williams & Kellman, 1962).
2.
Weschler Adult Intelligence Scales
Test Wechsler
mula-mula diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Wechsler – Bellevue Intelligence
Scale (Biasa di singkat W –
B) dan revisinya diterbitkan tahun 1955 dengan nama Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) adalah skala inteligensi
Wechsler yang standar untuk mengukur potensi inteligensi subyek dewasa usia 16
tahun sampai 75 th atau lebih, yang penyajiannya secara individual. Untuk bisa
menyajikan tes WAIS ini dengan baik, tester harus memahami dan melakukan
petunjuk-petunjuk dalam manual tes ini dengan seksama dan teliti.
Seperti dalam segala tes psikologis, penyajian WAIS secara layak meminta tester mampu menyelenggarakan dengan baik, bahan-bahan yang teratur, ruangan testing yang sesuai, dan waktu yang cukup. Tester harus seorang yang terlatih secara khusus dalam testing perseorangan pada umumnya maupun dalam menyajikan WAIS pada khususnya
Seperti dalam segala tes psikologis, penyajian WAIS secara layak meminta tester mampu menyelenggarakan dengan baik, bahan-bahan yang teratur, ruangan testing yang sesuai, dan waktu yang cukup. Tester harus seorang yang terlatih secara khusus dalam testing perseorangan pada umumnya maupun dalam menyajikan WAIS pada khususnya
SKALA
VERBAL terdiri dari:
• Informasi
Berisi 29 pertanyaan pengetahuan umum.
• Rentang Angka
Berupa rangkaian angka antara 3 sampai 9 angka yang
disebutkan secara lisan dan subjek diminta untuk mengulangnya dengan urutan
yang benar.
• Kosa Kata
Mendefinisikan 40 kata-kata dari yang paling mudah sampai yang paling sulit.
• Hitungan
Berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal hitungan
di sekolah dasar.
• Pemahaman
Isi subtes ini dirancang untuk mengungkap pemahaman umum.
• Kesamaan
Berupa 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan
pada hal apakah dua benda memiliki kesamaan.
Untuk SKALA PERFORMANSI adalah sebagai berikut:
• Kelengkapan Gambar
Menyebutkan bagian yang hilang dari gambar dalam kartu yang jumlahnya 21
kartu.
• Susunan Gambar
Berupa delapan seri gambar yang masing-masing terdiri
dari beberapa kartu yang disajikan dalam urutan yang tidak teratur.
• Rancangan Balok
Terdiri atas suatu seri pola yang masing-masing tersusun
atas pola merah-putih. Setiap macam pola diberikan di atas kartu sebagai soal.
• Perakitan Objek
Terdiri dari potongan-potongan lengkap bentuk benda yang dikenal sehari-hari yang disajikan dalam susunan tertentu.
• Simbol Angka
Berupa Sembilan angka yang masing-masing mempunyai
simbolnya sendiri-sendiri. Subjek diminta menulis symbol untuk masing-masing
angka di bawah deretan angka yang tersedia sebanyak yang dapat dia lakukan
selama 90 detik.
Individuals with
high scores may have an efficient ability plan ahead and maintain a flexible
mental orientation, which further suggest an excellent ability to delay
impulsive action (Ireland-Galman, Padilla&Michael,1980). Low scores reflect
impulsivity and poor visual- motor coordination. Often, unusually low scores
may suggest poor reality orientation or organic cerebral impairment,
particularly to the frontal areas (Waugh &Bush,1971)
3.
Raven Test
• Tes ini dirancang untuk usia 11 hingga 85 tahun atau lebih.
• Tes ini menampilkan upaya untuk mengintegrasikan teori tentang inteligensi cair dan kristal.
• Skala yang dikristalisasikan mengukur konsep-konsep yang didapat dari proses sekolah dan akulturasi.
• Skala cairan mengukur kemampuan untuk menyelesaikan problem-problem baru.
• Soal-soal dalam tes ini cenderung menuntut semacam penyelesaian masalah dari pikiran operasional formal Piaget dan fungsi-fungsi evaluatif perencanaan
Daftar Pustaka :
Groth-Marnat, Gary.(2003). Handbook of psychological assessment 4th edition. United States : John Wiley & Sons, Inc
Anastasi, A., Urbina, U. (2007). Tes Psikologi (Edisi Ketujuh). Indonesia: PT Indeks
Kaufman, Alan S. (1990). Assessing Adolescent and Adult Intelligence (first ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Mitchell, T. R. (1997) Research in Organizational Behavior. Greenwich, England. CT: JAI Press
Kaufman,A.S., & Lichtenberger,E.O (2002). Assessing adolescent and adult intelligence (2nd ed.). Boston: Allyn & Bacon.
Exner,J. E. (2003). The Rorschach : A comprehensive system. Volume 1: Basic foundations.(4th ed). New york: Wiley.