Tes Kemampuan Mental

Senin, 31 Maret 2014

                                                                             Tes Kemampuan Mental
Tes kemampuan mental atau Mental Ability Test.
Sebelum kita ke alat tesnya. Mari kita bahas tentang Mental Ablities tsb.
Apa itu Mental Abilties?
-          Kemampuan untuk menampilkan/ memperlihatkan proses mental yang lebih tinggi seperti memberi alasan ( Reasoning), memahami (Understanding) dan Problem Solving (memecahkan masalah).
 Banyak psikolog- psikolog menyatakan bahwa intelegensi adalah proses mental yang lebih tinggi.
Intelegensi?
Alfred Binet,
inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu
      kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan,
      kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan,
      dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism).
Thurstone (1938) “Primary Mental Abilities”,
-Berbahasa
-Mengingat
-Berfikir
-Analisis Ruangan
-Bilangan
-Menggunakan kata-kata
-mengamati dengan cepat dan cermat
A brief history of IQ test.
-          Binet mengembangkan tes intelegensi u/ mengidentifikasi anak-anak berkebutuhan khusus. Didalamnya terdapat pertanyaan- pertanyaan tentang Reasoning, Problem solving dengan berbagai tingkat kesulitan.
-          Terman mengembangkan revisi dari tes Binet yang dikenal dengan “Stanford – Binet). Disalamnya terdapat item-item yang menggambarkan intelegensi orang dewasa maupun anak-anak. Menjadi model tes IQ.
-          Weschler memperbaiki tes-tes sebelumnya. Tes ini termasuk didalamnya subtes-subtest yang termasuk verbal konten.
IQ test Today
-          Di sekolah-sekolah, tes Stanford-Binet paling sering digunakan.
-          A person Intelegence Quotient – IQ Score – Menggambarkan sejauh mana performa seseorang dalam tes dari rata-rata performa orang yang berada dalam grupnya.
Evaluating IQ test
-          A person’s IQ score itu selalu berubah setiap tahun, tapi merefleksikan perubahan kemampuan.
-          Selain itu, IQ Test adalah tes yang reliable, yang biasa diuji kembali. Dan menjadi good predictor untuk kehidupan akademisi.
-          Bagaimanapun, IQ test menilai hanya beberapa kemampuan yang mungkin menggambarkan aspek-aspek dari intelegensi
Intelegence and the Diversity of Mental Abilities :
-          Pendekatan Psikometri
Pendekatan Psikometri  menganalisa struktur dari intelegensi dengan menguji hubungab antara test dengan kemapuan mental.
Karena skor di hampir semua tes kemampuan mental berhubungan (positively correlated), Spearman menyimpulkan bahwa semua dari test ini mengukur  General factor- factor dari kemampuan mental yang disebut G-factor.
Penelitian lainnya menyimpulkan bahwa intelegensi bukanlah trait tunggal. Seperti terlihat bahwa g-factor merefleksikan kumpulan-kumpulan dari subskills dan kemampuan mental yang mengharuskan mendapat nilai yang bagus di semua tes intelegensi.
-          Pendekatan Pemrosesan Informasi
Pemrosesan Informasi fokus terhadap proses dimana perilaku intelegensi dibuat
Korelasi positif yang ditemukan antara skor IQ dan ukuran dari fleksibilitas dan kemampuan memperhatikan, dan diantar skor IQ dan pengukuran kecepatan pemrosesan informasi.
Menurut Sternberg, Berfikir menggunakan intelegensi melibatkan tiga jenis proses mental
a)      Meta-komponen (Metacomponents), yaitu proses-proses eksekutif yang lebih tinggi tingkatannya (seperti metakognisi) yang digunakan untuk merencanakan, memonitor dan mengevaluasi pemecahan masalah.
b)      Komponen-komponen performa (Performance), yaitu proses-proses di tataran yang lebih rendah yang digunakan untuk mengimplementasikan perintah-perintah dari meta-komponen.
c)      Komponen akuisisi pengetahuan (Knowledge-acquisition components), yaitu proses-proses yang digunakan untuk mempelajari cara menyelesaikan masalah.

Dan juga Teori Triarki, kecerdasan manusia mencakup tiga aspek, yaitu hubungan dengan : (1) Dunia Internal, (2) Pengalaman, (3) dunia eksternal individu.
-          Multiple Intelegence
-           Gardner’s Multiple Intelligences
-          1. Verbal-linguistic intelligence (well-developed verbal skills and sensitivity to the sounds, meanings and rhythms of words)
-          2. Logical-mathematical intelligence (ability to think conceptually and abstractly, and capacity to discern logical and numerical patterns)
-          3. Spatial-visual intelligence (capacity to think in images and pictures, to visualize accurately and abstractly)
-          4. Bodily-kinesthetic intelligence (ability to control one’s body movements and to handle objects skillfully)
-          5. Musical intelligences (ability to produce and appreciate rhythm, pitch and timber)
-          6. Interpersonal intelligence (capacity to detect and respond appropriately to the moods, motivations and desires of others)
-          7. Intrapersonal (capacity to be self-aware and in tune with inner feelings, values, beliefs and thinking processes)
-          8. Naturalist intelligence (ability to recognize and categorize plants, animals and other objects in nature)
-          9. Existential intelligence (sensitivity and capacity to tackle deep questions about human existence such as, What is the meaning of life? Why do we die? How did we get here?
-          (Source: Thirteen ed online, 2004)

-          Creativity
-
J.P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan
-          Sedangkan tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen

Motivation
1.     Definisi : Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.(Mitchell, T. R. Research in Organizational Behavior. Greenwich, CT: JAI Press, 1997, hal. 60-62.)

Sources of Motivation
Terdapat 4 kategori
-          Biological Factors – contohnya : kebutuhan akan makanan, air, temperature dll
-          Cognitive Factors – orang-orang sering berperilaku di macam-macam cara karena apa yang mereka pikir itu mungkin dan dapat dilakukan dan karena bagaimana mereka mengantisipasi orang lain akan bereaksi seperti apa.
-          Emotional Factors – Panik, Takut, Marah, Cinta dan emosi lainnya bisa membuat seseorang melakukan apa yang melibatkan emotional factor tsb. Contoh : Kemarahan dapat membuat seseorang menjadi pembunuh.
-          Social Factors –Orang-orang berinteraksi dengan orangutan, saudara, teman, guru, tv, dan lainnya. Semua pengaruh dari Social Factor memberikan efek disetiap aspek dari perilaku manusia.  

Theoretical perspective of Motivation
-          Instinct Theory – Menurut Freud, naluri atau insting adalah representasi psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh.
-          Drive reduction Theory – Drive -reduction theory is an explanation for motivation that focuses on maintaining homeostasis, or a sense of equilibrium.
-          Arousal Theory – People are motivated to maintain an optimal level of arousal.
-          Incentive Theory –People are motivated to perform behaviors when they expect those behaviors to have outcomes that they value highly.








Lalu bagaimana mengukurnya?
1.    Tes Rorschach
Dalam psychodiagnostic tersebut Rorschach menulis bahwa dia telah menyeleksi satu seri bercak tinta yang terdiri dari 10 kartu dari beribu-ribu kartu yang telah dicobakan. Tidak semua pola yang dibuat dapat diuji cobakan, paling tidak harus memenuhi 2 persyaratan, yaitu:
  • Bentuk gambar tersebut relatif simpel.Distribusi 
  • bercak harus memenuhi persyaratan komposisi tertentu.
Subjek eksperimen Rorschach sebagian besar memang adalah para penyandang masalah kejiwaan. Tetapi Rorschach juga menggunakan subjek orang-orang normal, baik yang berpendidikan maupun tidak berpendidikan.
Menurut Klopfer (1962) tekniik bercak tinta yang disusun oleh Rorschach merupakan titik puncak keberhasilan dari peneliian-penelitian yang menggunakan bercak tinta selama 20 tahun di Eropa dan Amerika. Rorschach berhasil menerobos aspek-aspek yang belum pernah dijangkau oleh peneliti-peneliti lain. Kalau ahli-ahli sebelumnya kebanyakan hanya menganalisa bercak tinta dari segi isi dari respon subjek saja, dan mengatakan bahwa bercak tinta yang diberikannya itu adalah tes imajinasi, tetapi menurut Rorschach dalam membuat interpretasi terhadap bercak tinta itu sebenarnya fungsi imajinasi hanya sedikit. Yang paling berperan adalah fungsi persepsi (Rorschach, 1981).
Rorschach lebih menekankan untuk memahami bagaimana seseorang menghayati sesuatu, kurang mementingkan apa isi penghayatannya. Kalau ada orang yang mengalami ketakutan, atau kecemasan, bukan isi ketakutan atau kecemasan itu yang dilihat, tetapi bagaimana dia mengahayati kecemasan itu sebagai suatu gejala psikologis, bagaimana hubungannya dengan fungsi-fungsi psikologis yang lain.
Bruno Klopfer mengembangkan tes Rorschach. Pada tahun 1934 telah mengembangkan ide-ide Rorschach dalam kelompok studinya. Pada tahun 1936 Klopfer dkk mendirikan Rorschach Institute sebagai lembaga melatih para para ahli untuk menggunakan tes Rorschach. Pada tahun 1948 Rorschach Institute berubah menjadi The Society for Projective Technique, yang menerbitkan TAT (Thematic Apperception Test) dan tes proyektif lainnya.
Selain itu banyak alat tes yang juga menggunakan teknik bercak tinta, yang dikembangkan untuk menutupi kelemahan-kelemahan tes Rorschach, seperti misalnya :
1.    Bero yang dirancang sebagai tes Rorschach untuk anak-anak 
2.    Zullinger Test (Z – test) dirancang dengan menggunakan 3 kartu bercak tinta yang lebih kompleks 
3.    Group Rorschach, yaitu pelaksanaan administrasi tes Rorschach secara klasikal, pertama kali di rintis oleh Harrower dan Steiner dengan memproyeksikan bercak tinta menggunakan tinta lewat slide. Juga di kembangkan jawaban yang multiple choice 
4.    Holtzman Ink Blot Technique, dirancang oleh Holtzman untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan metodologi dan tes Rorschach 
5.    Piotrowski’s Automated Rorschach (PAR), dirancang oleh Piotrowski pada tahun 1974 dengan menggunakan computer untuk skoring dan intepretasinya.
Penerapan tes Rorschach sebagian besar di bidang klinis, baik di rumah sakit maupun di klinik psikiatris dan psikologis. Tetapi tes Rorschach juga bisa menjadi terapi, ada testi yang mengatakan ketika selesai menjalani tes ini testi merasa lega dan hilang beban pikiran dan emosionalnya.
Teknik Rorschach juga banyak digunakan di luar bidang klinis. Misalnya di bidang militer dan industri, tes Rorschach banyak digunakan sebagai alat seleksi. termasuk pengguna tes Rorschach secara kelompok (Williams & Kellman, 1962).

2.            Weschler Adult Intelligence Scales
Test Wechsler mula-mula diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Wechsler – Bellevue Intelligence Scale (Biasa di singkat W – B) dan revisinya diterbitkan tahun 1955 dengan nama Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) adalah skala inteligensi Wechsler yang standar untuk mengukur potensi inteligensi subyek dewasa usia 16 tahun sampai 75 th atau lebih, yang penyajiannya secara individual. Untuk bisa menyajikan tes WAIS ini dengan baik, tester harus memahami dan melakukan petunjuk-petunjuk dalam manual tes ini dengan seksama dan teliti. 

Seperti dalam segala tes psikologis, penyajian WAIS secara layak meminta tester mampu menyelenggarakan dengan baik, bahan-bahan yang teratur, ruangan testing yang sesuai, dan waktu yang cukup. Tester harus seorang yang terlatih secara khusus dalam testing perseorangan pada umumnya maupun dalam menyajikan WAIS pada khususnya
SKALA VERBAL terdiri dari:
      Informasi
Berisi 29 pertanyaan pengetahuan umum.
      Rentang Angka
Berupa rangkaian angka antara 3 sampai 9 angka yang disebutkan secara lisan dan subjek diminta untuk mengulangnya dengan urutan yang benar.
      Kosa Kata
Mendefinisikan 40 kata-kata dari yang paling mudah sampai yang paling sulit.
      Hitungan
Berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di sekolah dasar.
      Pemahaman
Isi subtes ini dirancang untuk mengungkap pemahaman umum.
      Kesamaan
Berupa 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan pada hal apakah dua benda memiliki kesamaan.
Untuk SKALA PERFORMANSI adalah sebagai berikut:
      Kelengkapan Gambar
Menyebutkan bagian yang hilang dari gambar dalam kartu yang jumlahnya 21 kartu.
      Susunan Gambar
Berupa delapan seri gambar yang masing-masing terdiri dari beberapa kartu yang disajikan dalam urutan yang tidak teratur.
      Rancangan Balok
Terdiri atas suatu seri pola yang masing-masing tersusun atas pola merah-putih. Setiap macam pola diberikan di atas kartu sebagai soal.
      Perakitan Objek
Terdiri dari potongan-potongan lengkap bentuk benda yang dikenal sehari-hari yang disajikan dalam susunan tertentu.
      Simbol Angka
Berupa Sembilan angka yang masing-masing mempunyai simbolnya sendiri-sendiri. Subjek diminta menulis symbol untuk masing-masing angka di bawah deretan angka yang tersedia sebanyak yang dapat dia lakukan selama 90 detik.

Individuals with high scores may have an efficient ability plan ahead and maintain a flexible mental orientation, which further suggest an excellent ability to delay impulsive action (Ireland-Galman, Padilla&Michael,1980). Low scores reflect impulsivity and poor visual- motor coordination. Often, unusually low scores may suggest poor reality orientation or organic cerebral impairment, particularly to the frontal areas (Waugh &Bush,1971)  

3.     


Raven Test





 4.      Kaufman Adolescence and Adult Intelegence Test
       Tes ini dirancang untuk usia 11 hingga 85 tahun atau lebih.
       Tes ini menampilkan upaya untuk mengintegrasikan teori tentang inteligensi cair dan kristal.
        Skala yang dikristalisasikan mengukur konsep-konsep yang didapat dari proses sekolah dan akulturasi.
       Skala cairan mengukur kemampuan untuk menyelesaikan problem-problem baru.
       Soal-soal dalam tes ini cenderung menuntut semacam penyelesaian masalah dari pikiran operasional formal Piaget dan fungsi-fungsi evaluatif perencanaan

        Daftar Pustaka :
Groth-Marnat, Gary.(2003). Handbook of psychological assessment 4th edition. United States : John Wiley & Sons, Inc
Anastasi, A., Urbina, U. (2007). Tes Psikologi (Edisi Ketujuh). Indonesia: PT Indeks
Kaufman, Alan S. (1990). Assessing Adolescent and Adult Intelligence (first ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Mitchell, T. R. (1997) Research in Organizational Behavior. Greenwich, England. CT: JAI Press
Kaufman,A.S., & Lichtenberger,E.O (2002). Assessing adolescent and adult intelligence (2nd ed.). Boston: Allyn & Bacon.
Exner,J. E. (2003). The Rorschach : A comprehensive system. Volume 1: Basic foundations.(4th ed). New york: Wiley.


Selasa, 25 Maret 2014

                                                TES INDIVIDU DAN TES MINAT
Tes yang secara tradisional disebut “Tes Intelegensi”, yaitu jenis tes yang dibahas adalah turunan langsung dari skala- skala Binet yang asli. Tes-Tes ini memberikan secara khusus sebuah skor rangkuman tunggal, misalhnya IQ tradisional, sebagai indeks tingkat kinerja yang relative luas (AIKEN,1996). Tes-tes ini jga menghasilkan skor-skor pada subtes atau kelompok – kelompok subtes yang menaksir kemampuan yang dirumuskan secara lebih sempit. Tes intelegensi sering digunakan sebagai instrument penyaringan awal. Penggunaan tes intelegensi umumn uang lain ada pada tes klinis, terutama identifikasi dan dan klasifikasi orang-orang yang terbelakang mentalnya. Untuk maksud-maksud klinisi, maka tes diselenggarakan perorangan.
Tes Stanford-Binet
Evolusi
         Binet mendapat tugas dari pemerintah Perancis (1904)
         Terbit skala Binet yang terdiri 30 item (1905)
         Terbit hasil revisi bersama Theodore Simon (1908)
         Ada pembatasan usia subjek
         Ada pengelompokan item
         Perluasan proses mental yang diukur
         Diterapkan konsepsi usia mental
         Terbit revisi pertama Skala Binet-Simon (1911)
         Penempatan item diperbaiki ® sampel lebih representatif
         Perhitungan usia mental lebih rinci
         Terbit revisi dari Stanford University (1916)
         Mempertahankan karakteristik Binet-Simon
         Item diperbaiki - dipindah – digugurkan - ditambah
         Konsep I.Q. rasio diterapkan
         Disediakan instruksi administrasi & skoring
         Sampel standardisasi 1000 anak + 400 dewasa

         Terbit revisi I Stanford-Binet bersama Merrill (1937)
         Aktivitas mental diperluas
         Disediakan 2 bentuk yg paralel: Form L dan Form M
         Restandardisasi dengan sampel yang lebih banyak
(100: I-6 – V-6; 200: VI – XIV; 100: XIV – XVIII)
         Terbit revisi II Stanford-Binet Intelligence Scale (1960)
         Form L dan form M digabung: Form L-M
         Sampel untuk analisis item dikelompokkan berdasarkan MA
         Disediakan tes pengganti
         Tidak dilakukan restandardisasi
         Terbit revisi III Stanford-Binet Intelligence Scale (1972)
         Bentuk skala tidak berubah
         Restandardisasi dengan sampel yang lebih representatif
(± 200 000 orang)
         Terbit revisi dari Yerkes (1915- 1923)
         Item dikelompokkan dalam bentuk subtes










Reliabilitas
Usia
I . Q .
60 - 69
140 - 149
II-6 – V-6
0,91
0,83
VI – XIV
0,97
0,91
XV – XVIII
0,98
0,95

      Pengujian Fels Research Institute dengan test-retest menunjukkan bahwa makin lama interval waktu, korelasi makin kecil
      Bila interval waktunya konstan, korelasi membesar
      Kesalahan pengukuran sebesar ± 5 poin I.Q.
Validitas
         Makin tinggi M.A. makin tinggi korelasi dengan tes Perbendaharaan Kata Þ secara content (isi), Stanford-Binet sarat dengan pengukuran verbal
faktor kecerdasan yang diukur (Robert E. Valett)
         General Comprehension
         Visual-motor Ability
         Arithmetic reasoning
         Memory & Concentration
         Vocabulary & Verbal Fluency
         Judgement & Reasoning
Skala Wechsler
Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi melalui tes Binet (1937) sebagai pendahulu dalam tes inteligensi. Menurut Wechsler: tes Binet memiliki keterbatasan dalam penggunaannya, khususnya dalam pengukuran inteligensi untuk orang dewasa sehingga perlu adanya perluasan dalam pengukuran inteligensi memerlukan item-item yang dapat diberikan tidak hanya pada kelompok anak tetapi juga pada orang dewasa.

Dua hal yang berbeda dengan para ahli sebelumnya:

  • Pertama, adanya konsep “point scale”, yaitu adanya penambahan nilai pada item-item yang dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat serta pengukurannya mencakup isi tertentu. 
  • Kedua, menambahkan adanya pengukuran performansi, yaitu pengukuran kemampuan yang bersifat nonverbal serta kemampuan performansi terhadap tugas
Perkembangan Konstruksi:
  1. WPPSI _Usia dibawah 5 tahun 
  2. WISC _Usia 5–15 tahun 
  3. WBIS _Usia 10–65 tahun 
  4. WAIS _revisi beberapa item dari beberapa subtes
SKALA

Terdiri atas 11 seubtes yang mengukur kemampuan yang berbeda dn merupakan kombinasi berbagai kecakapan (specific factor/ s. Faktor).

1. VERBAL SCALE: 
ability to work with abstract verbal symbol ; perceptual skills included (auditory).

Nilai kemampuan Verbal ini mengungkap tentang:
  • Kemampuan bekerja dengan simbol-simbol abstrak 
  • Jumlah dan tingkat kebergunaan latar belakang pendidikan yang dimiliki individu 
  • Kemampuan memori verbal 
  • Kelancaran verbal.
Dan nilai intellegency ini cenderung lebih terpengaruh kultur atau budaya. Dan didalamnya terkandung beberapa pokok penilaian, yakni:

a. Informasi.
  • Menggali kemampuan menangkap instruksi 
  • Mengikuti perintah dalam persoalan 
  • Kecepatan dalam memberikan jawaban. 
  • luasnya pengetahuan, long-term memory
b. Pengertian.
  • mengukur akal sehat (common sense) 
  • penilaian terhadap situasi sosial (social judgment) 
c.  Hitungan. 
  • mengukur akal sehat (common sense) 
  • penilaian terhadap situasi sosial (social judgment)
d. Persamaan.
  • kemampuan mengolah persamaan dari dua hal 
  • tingkat kemampuan berpikir abstraksi (konkrit, fungsional, abstrak), pembentukan konsep verbal
e. Rentangan angka.
  • kemampuan memberikan jawaban secara verbal 
  • menggali konsentrasi, attention span dan ingatan jangka pendek
f. Perbendaharaan kata.
  • kemampuan memberikan jawaban secara verbal 
  • kemampuan belajar dalam memanfaatkan pengetahuan tentang kata, luasnya perbendaharaan kata, daya ingat, pembentukan konsep dan kemampuan mendeskripsikan kata dalam susunan kalimat
2. PERFORMANCE SCALE: ability to work in concrete situasion ; perceptual skills included (visual)

Nilai Kemampuan Performansi Mengungkap tentang;
  • Tingkat dan kualitas kontak nonverbal individu dengan lingkungan 
  • Kemampuan integrasi stimulus perseptual dengan respon motorik yang relevan 
  • Kapasitas bekerja dalam situasi konkrit 
  • Kemampuan bekerja cepat 
  • Kemampuan mengevaluasi informasi visuospasial
Didalam nilai kemampuan performance atau performance scales terdiri dari beberapa aspek penilaian yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Simbol angka.
  • kecermatan dalam mengamati data 
  • kemampuan mempelajari persoalan yang tidak umum, visual-motor dexterity, associative learning, tingkat/derajat ketelitian dan kecepatan bekerja.
b. Melengkapi gambar.
  • kemampuan menghargai adanya ketidaksempurnaan dan menentukan hal yang tidak tampak. 
  • kemampuan membedakan esensial-non esensial secara rinci, kemampuan konsentrasi,visual alertness, visual organization, visual memory.
c. Rancangan balok.
  • kemampuan mengamati dan menangkap tanda-tanda secara cermat. 
  • daya nalar, analisa spatial relationship, integrasi fungsi visual dan motorik, nonverbal concept formation, abstract thinking
d. Mengatur gambar.
  • kemampuan mengamati persoalan secara menyeluruh dan kecermatan menangkap isi permasalahan. 
  • kemampuan merencanakan yang mengacu pada hubungan sebab akibat, logika berpikir, nonverbal reasoning, kemampuan menginterpretasikan situasi sosial (memahami dan mengevaluasi)
e. Merakit objek.
  • kemampuan menangkap bagian secara cermat dan teliti 
  • kemampuan mengamati part-whole relationship, perceptual organization, visual-motor organization
Dengan mengetahui hasil tes diatas dapat diketahui tingkat kemampuan testee yang terangkum dalam 11 (sebelas) macam kemampuan, akan diperoleh 2 (dua) macam nilai (skala) intelegensi yaitu nilai intelegensi pada kemampuan verbal, dan nilai intelegensi performance, untuk kemudian dijumlahkan sehingga ditemukan nilai intelegensi total.

Skala inteligensi WAIS-R merupakan versi skala WAIS terakhir yang diterbitkan oleh The Psychological Corporation pada tahun 1981.

The Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC)
Tes inteligensi K-ABC merupakan baterai (rangkaian) tes yang relatif baru yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun (Kaufman, kamphaus, & Kaurman, 1985, dalam Azwar 1996). Tes ini diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman dari the University of Alabama.
Skala-skala inteligensi dalam baterai ini adalah Sequal Processing Scale dan Simulation Processing Scale. Sequal Processing Scale yaitu skala yang mengungkap abilitas atau kemampuan untuk memecahkan permasalahan secara bertahap dengan penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal diantara stimulus. Stimulus ini, baik verbal maupun visual harus ditangni secara berurutan agar tercapai performansi yang optimal. Dalam K-ABC kemampuan ini diungkap antara lain oleh subtes Word Order dimana subjek harus menunjuk pada bayangan gambar dalam urutan sama dengan urutan nama yang disebut oleh penguji. Simulation Processing Scale yaitu skala yang bertujuan mengungkap kemampuan anak dalam memecahkan permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan memadukan banyak stimuli sekaligus dalam waktu yang sama. Permasalahan yang diajukan sering kali bersifat analogi atau mengandung aspek spasial. Baik berwujud perseptual maupun berujud konseptual, stimulusnya menghendaki pengerahan daya sintesis simultan agar tercapai penyelesaian yang benar. Dalam K-ABC, stimulus bentuk ini mencakup tugas pengenalan bercak tinta yang disajikan separuh selesai (Gestalt Completion) dan analogi visual yang umumnya abstrak (Matrix Analogies). Baterai dalam skala ini juga menyajikan kombinasi Sequantial dan Simultaneous Processing yang masing-masing disebut Mental Processing Composite Scale, Achievement Scale, dan non-Verbal Scale. Skor pada kesemua skala dalam K-ABC dibuat memiliki mean 100 dan unit deviasi standar sebesar 15 agar dapat dibandingkan langsung satu sama lain dan dengan ukuran inteligensi lain. Skala nonverbal dalam K-ABC merupakan bentuk pendek dari Mental Processing Scale yang dikhususkan bagi anak usia 4 sampai 13,5 tahun dan mencakup pula subtes yang dapat disajikan secara pantomim serta direspon secara motorik.
Kaufman Addolesent and Adult Intelegence Test (KAIT)
·         Tes ini dirancang untuk usia 11 hingga 85 tahun atau lebih.
·         Tes ini menampilkan upaya untuk mengintegrasikan teori tentang intelegensi cair dan Kristal.
·         Soal-soal dalam tes ini cenderung menuntut semacam penyelesaian masalah dari pikiran operasional formal Piaget dan fungsi-fungsi evaluative perencanaan.

Kaufman Brief Inteligence Test (K-BIT)
Dirancang sebagai instrument penyaringan yang cepat untuk memperkirakan tingkat fungsi intelektual. Meskipun diselenggarakan secara individu, tes ini sederhana dan bisa diberikan oleh seorang teknisi. K-BIT mencakup rentang usia 4 sampai 90 tahun. K-BIT bukan merupakan versi pendek dari K-ABC maupun KAIT. K-BIT terdiri dari satu subtes verbal yang terdiri dari 45 kosakataEkspresif dan 37 Definisi, dan satu subtes nonverbal yang terdiri dari 48 matriks. Ketiga skor (verbal, nonverbal, dan komposit)yang dihasilkan oleh K-BIT diekspresikan dalam kaitan dengan unit-unit IQ simpangan, seperti halnya tes-tes Kaufman lainnya.
Tes Kemampuan Diferensial
Dibawah tahun 1976 dikenal dengan nama TINTUM’69
¨  Bentuk tes Intellegensi Umum
¨  Tahun 1976 diteliti oleh Wibowo, S. dan ternyata TINTUM’69 cocok untuk mengetahui Kemampuan Differensial.
¨  Tahun 1976 TINTUM’69 dirubah namanya dengan “Tes Kemampuan Differensial”.
¨  Digunakan untuk seleksi calon mahasiswa, seleksi calon karyawan, termasuk promosi & mutasi karyawan.
¨  Disusun berdasarkan teori “Multiple Factor” dari Thurstone, L.L., & Thurstone, T.G. (1941).
¨  Ada 7 faktor kemampuan mental primer, yaitu:
V
Verbal Comprehension
W
Word Fluency
N
Number
S
Space
M
Associative Memory
P
Perceptual Speed
I atau R
Induction / General Reasoning
¨  Namun, didasari pertimbangan praktis maka dalam tes ini hanya mengukur 5 faktor mental primer saja, yaitu:
V
Verbal Comprehension
N
Number
S
Space
P
Perceptual Speed
I atau R
Induction / General Reasoning

DAS – Naglieri Cognitive Assesment System
Tugas – tugas CAS dirancng untuk mengukur fungsi-fungsi kognitif dasar yang dilibatkan dalam proses belajar, tetapi dianggap independen dari proses bersekolah. Ini mencakup pemrosesan Perencanaan, Perhatian, Simultan, dan Berurutan. Sistem ini menggunakan tes-tes verbal dan nonverbal yang disajikan melalui saluran indra pendengaran dan penglihatan.
Sumber :
Groth-Marnat, Gary.(2003). Handbook of psychological assessment 4th edition. United States : John Wiley & Sons, Inc
Anastasi, A., Urbina, U. (2007). Tes Psikologi (Edisi Ketujuh). Indonesia: PT Indeks

Kaufman, Alan S. (1990). Assessing Adolescent and Adult Intelligence (first ed.). Boston: Allyn and Bacon.