Tes
untuk Populasi Khusus
Tes ini dikembangkan untuk digunakan pada orang- orang yang
tidak bisa diuji dengan cara biasa atau secara memadai dengan instrument tradisional,
misalnya skala-skala individual atau tes-tes kelompok.
Empat kategori utama
bisa dikenal dari sudut pandang : tes – tes untuk tingkat bayi dan tingkat
prasekolah ; tes – tes yang digunakan untuk penaksiran komprehensifnatas orang
– orang yang mentalnya terbelakang ; tes – tes untuk orang dengan aneka ragam kekurangan
indrawi dan motorik , dan tes – tes yang dirancang untuk digunakan melintasi
berbagai kultur atau subkultur.
1. A. Pengetesan
Bayi dan Anak-Anak Prasekolah
Sejumlah anak taman
kanak-kanak bisa di tes dalam kelompok-kelompok kecil dengan jenis tes yang
disusun untuk tingkat-tingkat dasar. Kebanyakan tes untuk anak-anak dibawah
umur 6 tahun adalah tes kinerja atau tes lisan. Sedikit tes saja yang menuntut
pemakaian dasar kertas dan pensil. Lazim untuk membagi lima tahun pertama
menjadi masa bayi dan masa prasekolah.
o Sejak lahir sampai
umur mendekati 18 bulan
o Dari 18 sampai 60
bulan
Dari sudut pandang
penyelenggaraan tes, seharusnya diperhatikan juga bahwa seorang bayi harus tes
sambil tiduran, dipangku oleh seseorang atau digendong. Banyak dari tes-tes ini
menyangkut perkembangan sensori-motori, seperti didemonstrasikan oleh kemampuan
bayi mengangkat kepala, berbalik, meraih dan memegang objek, dan mengikuti
objek yang bergerak dengan matanya. Di pihak lain, anak prasekolah bisa
berjalan, duduk di meja, menggunakan tangannya untuk memanipulasi objek tes,
dan berkomunikasi dengan bahasa. Pada tingkat prasekolah, anak itu juga jauh
lebih responsif terhadap penguji sebagai pribadi, sementara untuk bayi si
penguji pertama-tama berfungsi untuk menyediakan objek stimulus. Pengetesan
prasekolah adalah proses yang jauh lebih antarpribadi (segi yang menambah, baik
kesempatan maupun kesulitan yang disajikan oleh situasi tes).
Skala-skala khusus
yang diranjang untuk anak-anak dan masa kanak-kanak awal serta mewakili
berbagai pendekatan:
o Skala Wechsler
o Skala Stanford-Binet
o Skala Kaufman
o Skala kemampuan
diferensial
Skala-skala ini
digunakan dalam penilaian anak-anak prasekolah, karena tes-tes ini mencakup
masa 2 sampai 6 tahun selain untuk umur-umur lebih tua.
o Latar Belakang
Sejarah Pengetesan Bayi dan Anak-Anak Prasekolah
Salah satu dari
usaha-usaha sistematik paling awal untuk memahami perkembangan anak-anak bayi
normal dan prasekolah dibuat dalam serangkaian studi longitudinal oleh Arnold
Gesell dan rekan-rekannya di Yale (Ames, 1989). Telaah-telaah ini, yang
seluruhnya memakan waktu emapat dasawarsa. (Gesell et al, 1940) merupakan usaha
rintisan untuk memberikan metode yang sistematis dan empiris untuk menaksir
perkembangan perilaku anak-anak kecil. Kebanyakan data diperoleh melalui
observasi langsung atas respons-respons anak terhadap mainan standar dan
objek-objek stimulus lain serta dilengkapi dengan informasi yang disedikan oleh
orang tua atau pengasuh utama lainnya.
Dasawarsa 1960-an
sampai 1990-an tampak adanya kebangkitan minat terhadap tes untuk bayi dan
anak-anak prasekolah. Faktor yang beperan dalam kebangkitan minat ini adalah:
o Perluasan cepat
program-program pendidikan untuk anak-anak yang keterbelakangan mental
o Perkembangan luas
program-program prasekolah dari pendidikan kompensatoris untuk anak-anak yang
secara kultural tidak beruntung
o Serangkaian mandat
legislatif yang ditujukan pada identifikasi dan remediasi secara dini semua
jenis ketidakmampuan jasmani dan mental, baim pada anak-anak prasekolah maupun
pada bayi.
o Tes-Tes yang
Dibakukan Untuk Perkembangan Masa Kanak-Kanak Awal
Mengetes Penyandang Cacat Jasmani
Syarat
pendidikan yang sesuai untuk semua anak cacat jasmani di cakup oleh
Indivuduals with Disabilities Education Act. Syarat-syarat Civil Rights umum
yang dimandatkan untuk minoritas lain di perluas untuk mencakup
orang–orang yang memiliki
ketidak
mampuan jasmani. Perundangan ini melarang dalam bisang-bidang pendidikan
praktik memeprkerjakan orang, akses pada fasilitas jasmani, pendidikan
prasekolah, dasar dan menengah,pendidikan menengah atau, kesehatan,
kesejahteraan, dan pelayanan social. Jalan utama untuk menangani tes semacam
itu meliputi (1) modifikasi medium pengetesan, batas waktu, dan isi tes yang
ada; (2) penilaian klinis yang disesuaikan dengan individu bersangkutan, yang
memadukan skor-skor tes dengan sumber-sumber data lain dari sejarah
biografis, wawancara dan penilaian atas pengamat kehidupan sehari-hari yang mendapat
informasi secukupnya.
Educational Testing Service menggunakan versi standard dan
nonstandard dari College Board SAT dan GRE General Tes dengan empat kelas
pelamar cacat, yaitu kerusakan pendengaran, kerusakan penglihatan,
ketidakmampuan belajar dan kerusakan fisik (Willingham, et al., 1988). Karaketiristik-karakteristik psikometris
yang diselidiki mencakup reliabilitas, fungsi soal diferensial, struktur
factor, dan indeks-indeks validitas lain terkait dengan tingkat kinerja dan
kekuatan prediksi; isi tes, penentuan waktu, dan akomodasi. Masalah-masalah dan
prosedur pengetesan khusus dengan rujukan pada tiga kategori utama
ketidakmampuan jasmani, yaitu penedengaran, penglihatan, dam motorik.
Kerusakan Pendengaran
Anak-anak
dengan kerusakan pendengaran biasanya di rugikan oleh tes-tes verbal dan
bila isi verbal dipresentasikan secara visual. Tetapi dengan kemajuan
akhir-akhir ini penialian fungsi pendengaran telah
mendiagnosis kerusakan pendengaran secara akurat dan memulai pemulihan saat bayi
berusia beberapa bulan (Shah & Boyden, 1991). Pengetesan anak-anak tuna
rungu adalah sasaran primer dalam pengembangan skala kinerja paling awal,
seperti Pintner-Paterson Perfomance Scale dan Arthur Performance Scale.
Tes verbal digunakan jika pertanyaan lisan diketik pada kartu. Pada
tingkatan yang lebih dasar,
Hiskey-Nebraska Test of
Learning Aptitude (Hiskey, 1966) dikembangkan dan dibakukan pada anak-anak tuli
dan sulit mendengar. Ini tes individual yang cocok untuk umur 3 sampai 17.
Hiskey-Nebraska memiliki reliabilitas dan bukti validitas memadai dan dipandang
sebagai salah satu tes terbaik untuk digunakan pada anak-anak kerusakan
pendengaran (Sullivan & Burley, 1990).
Kerusakan Penglihatan
Teknik-teknik pengetesan lain yang sesuai telah digunakan,
misalnya dengan tape recorder. Tes-tes seperti College
Board Scholastic Assessment Test (SAT) juga dalam format tipe
besar atau huruf Braille. Contoh paling awal tentang tes intelegensi umum yang
tealh di adaptasi untuk para tunanetra adalah tes binet. Profil Wechsler atas
anak-anak dengan kerusakan penglihatan telah menunjukkan pola yang sama
melintasi berbagai telaah; hasilnya menunjukkan bahwa komposisi factorial tugas
berbeda untuk mereka disbanding untuk anak penglihatan normal. Meskipun IQ tak
dianggap sebagai ukuran akurat seluruh fungsi kognitif anak dengan kerusakan
penglihatan, dalam tangan penguji skala Wechsler bias menyediakan informasi
diagnostic yang berguna dengan kekuatan dana kelemahan anak-anak. Untuk
anak-anak kerusakan penglihatan mempunyai contoh terbaik yaitu Blind
Learning Aptitude test (BLAT), adalah tes yang
diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang diadaptasi
tes-tes lain, misalnya Raven’s Progressive Matrices, dan soal-soal nonverbal
lain, serta mempresentasikannya dalam suatu formal yang timbul.
Kerusakan Motorik
Ketidakmampuan motorik yang parah ditemukan di antara
orang-orang dengancerbol palsy yang menggunakan
tes intelegensi umum seperti Stanford-Binet. Berbagai tes
yang dibahas pada awalnya dirancang untuk digunakan dalam pengetesan
silang-budaya, juga dapat diterapkan pada orang-orang tidak mampu secara
motorik. Adaptasi Leiter International Performance Scale dan Porteus Mazes
untuk anak-anak celebral palsy, (Allen &
Collins, 1955; Arnold, 1951). Jenis tes lain yang memungkinkan penggunaan
respons dengan menunjuk adalah tes kosakata bergambar. Tes ini memberikan ukuran cepat
atas kosakata “penggunaan” yang membuat tes itu dapat diterapkan, terutama pada
orang-orang yang tidak mampu membuat vokalisasi dengan baik dan para tuna
rungu. Prosedur yang sama dari pengadaan tes di gabungkan dalam tesklasifikasi bergambar, sebagaimana
diilustrasikan oleh Columbia Mental Maturity Scale (CMMS-Burgermeister, Blum
& Lorge, 1972). Data ekstensif tentang validitas dan kemampuan aplikasi
CMMS pada berbagai kelompok individu penyandang cacat sudah tersedia untuk
bentuk awal test ini. Akan tetapi, karena norma-normanya sudah
kadaluwarsa dan rentang penaksiran kemampuan yang
sempit kemampuan aplikasi CMMS agak
terbatas.
l
Pendekatan pada Pengetesan Lintas – Budaya
o
Pendekatan
pertama menyangkut pilihan soal yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan
validasi tes yang dihasilkan menurut kriteria lokal dalam banyak budaya yang
berbeda.
o
Pendekatan
kedua adalah mengembangkan tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang
dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kita seharusnya menghindari
kesalahan karena memandang tes apapun yang dikembangkan dalam kerangka kultural
tunggal sebagai tongkat pengukur universal unutk mengukur ‘intelegensi’ atau
konstruk – konstruk lainnya. Yang bisa dipastikan dengan pendekatan semacam ini
adalah jarak kultural antara kelompok – kelompok, dan juga derajat akulturasi
seseorang serta kesiapannya unutk aktivitas pendidikan dan pekerjaan yang
spesifik untuk budaya tertentu.
o
Pendekatan
ketiga adalah berbagai tes yang berbeda (adaptasi substansial tes – tes yang
ada) bisa dikembangkan dalam budaya, divalidasikan menurut kriteria lokal dan
digunakan hanya dalam budaya yang sesuai.
Tiap
tes diterapkan hanya dalam budaya dimana tes itu dikembangkan dan tak
diusahakan perbandingan lintas – budaya apapun.
Pengetesan
multikultural bergerak menjauh dari penyusunan tes – tes khusus dan lebih dan lebih
berfokus pada peran penguji selama proses pengetesan. Pada dasarnya, tanggung
jawab penguji untuk :
untuk
memperoleh informasi tentang latar belakang kultural orang yang di tes.
untuk
Memilih tes yang paling cocok dengan maksud penggunaan tes.
untuk
Menyajikan dan meyelengarakan tes secara efektif untuk individu – individu
tertentu.
untuk
Menginterpretasikan hasil – hasil tes dilihat dari segi latar belakang dan
konteks pengalaman individu(pekerjaan, pendidikan, komunitas dan sebagainya).
Sumber :
Anastasi,
A., Urbina, U. (2007). Tes Psikologi (Edisi
Ketujuh).
Indonesia: PT Indeks
0 komentar:
Posting Komentar