Tes Populasi Khusus

Rabu, 23 April 2014

                                                
                                                                                Tes  untuk Populasi Khusus
Tes ini dikembangkan untuk digunakan pada orang- orang yang tidak bisa diuji dengan cara biasa atau secara memadai dengan instrument tradisional, misalnya skala-skala individual atau tes-tes kelompok.
Empat kategori utama bisa dikenal dari sudut pandang : tes – tes untuk tingkat bayi dan tingkat prasekolah ; tes – tes yang digunakan untuk penaksiran komprehensifnatas orang – orang yang mentalnya terbelakang ; tes – tes untuk orang dengan aneka ragam kekurangan indrawi dan motorik , dan tes – tes yang dirancang untuk digunakan melintasi berbagai kultur atau subkultur.
1.       A.    Pengetesan Bayi dan Anak-Anak Prasekolah
Sejumlah anak taman kanak-kanak bisa di tes dalam kelompok-kelompok kecil dengan jenis tes yang disusun untuk tingkat-tingkat dasar. Kebanyakan tes untuk anak-anak dibawah umur 6 tahun adalah tes kinerja atau tes lisan. Sedikit tes saja yang menuntut pemakaian dasar kertas dan pensil. Lazim untuk membagi lima tahun pertama menjadi masa bayi dan masa prasekolah.
o    Sejak lahir sampai umur mendekati 18 bulan
o    Dari 18 sampai 60 bulan
Dari sudut pandang penyelenggaraan tes, seharusnya diperhatikan juga bahwa seorang bayi harus tes sambil tiduran, dipangku oleh seseorang atau digendong. Banyak dari tes-tes ini menyangkut perkembangan sensori-motori, seperti didemonstrasikan oleh kemampuan bayi mengangkat kepala, berbalik, meraih dan memegang objek, dan mengikuti objek yang bergerak dengan matanya. Di pihak lain, anak prasekolah bisa berjalan, duduk di meja, menggunakan tangannya untuk memanipulasi objek tes, dan berkomunikasi dengan bahasa. Pada tingkat prasekolah, anak itu juga jauh lebih responsif terhadap penguji sebagai pribadi, sementara untuk bayi si penguji pertama-tama berfungsi untuk menyediakan objek stimulus. Pengetesan prasekolah adalah proses yang jauh lebih antarpribadi (segi yang menambah, baik kesempatan maupun kesulitan yang disajikan oleh situasi tes).
Skala-skala khusus yang diranjang untuk anak-anak dan masa kanak-kanak awal serta mewakili berbagai pendekatan:
o    Skala Wechsler
o    Skala Stanford-Binet
o    Skala Kaufman
o    Skala kemampuan diferensial
Skala-skala ini digunakan dalam penilaian anak-anak prasekolah, karena tes-tes ini mencakup masa 2 sampai 6 tahun selain untuk umur-umur lebih tua.
o    Latar Belakang Sejarah Pengetesan Bayi dan Anak-Anak Prasekolah
Salah satu dari usaha-usaha sistematik paling awal untuk memahami perkembangan anak-anak bayi normal dan prasekolah dibuat dalam serangkaian studi longitudinal oleh Arnold Gesell dan rekan-rekannya di Yale (Ames, 1989). Telaah-telaah ini, yang seluruhnya memakan waktu emapat dasawarsa. (Gesell et al, 1940) merupakan usaha rintisan untuk memberikan metode yang sistematis dan empiris untuk menaksir perkembangan perilaku anak-anak kecil. Kebanyakan data diperoleh melalui observasi langsung atas respons-respons anak terhadap mainan standar dan objek-objek stimulus lain serta dilengkapi dengan informasi yang disedikan oleh orang tua atau pengasuh utama lainnya.
Dasawarsa 1960-an sampai 1990-an tampak adanya kebangkitan minat terhadap tes untuk bayi dan anak-anak prasekolah. Faktor yang beperan dalam kebangkitan minat ini adalah:
o    Perluasan cepat program-program pendidikan untuk anak-anak yang keterbelakangan mental
o    Perkembangan luas program-program prasekolah dari pendidikan kompensatoris untuk anak-anak yang secara kultural tidak beruntung
o    Serangkaian mandat legislatif yang ditujukan pada identifikasi dan remediasi secara dini semua jenis ketidakmampuan jasmani dan mental, baim pada anak-anak prasekolah maupun pada bayi.
o    Tes-Tes yang Dibakukan Untuk Perkembangan Masa Kanak-Kanak Awal

Mengetes Penyandang Cacat Jasmani
Syarat  pendidikan yang  sesuai untuk semua anak cacat  jasmani di cakup oleh Indivuduals with Disabilities Education Act. Syarat-syarat Civil Rights umum yang   dimandatkan untuk minoritas lain di perluas untuk mencakup orang–orang yang memiliki             ketidak mampuan jasmani. Perundangan ini melarang dalam bisang-bidang pendidikan  praktik memeprkerjakan orang, akses pada fasilitas jasmani, pendidikan prasekolah, dasar dan menengah,pendidikan menengah atau, kesehatan, kesejahteraan, dan pelayanan social. Jalan utama untuk menangani tes semacam itu meliputi (1) modifikasi medium pengetesan, batas waktu, dan isi tes yang ada; (2) penilaian klinis yang disesuaikan dengan individu bersangkutan, yang memadukan skor-skor  tes dengan sumber-sumber data lain dari sejarah biografis, wawancara dan penilaian atas pengamat kehidupan sehari-hari yang mendapat informasi secukupnya.
Educational Testing Service menggunakan versi standard dan nonstandard dari College Board SAT dan GRE General Tes dengan empat kelas pelamar cacat, yaitu  kerusakan pendengaran, kerusakan penglihatan, ketidakmampuan belajar dan kerusakan fisik (Willingham, et al., 1988). Karaketiristik-karakteristik psikometris yang diselidiki mencakup reliabilitas, fungsi soal diferensial, struktur factor, dan indeks-indeks validitas lain terkait dengan tingkat kinerja dan kekuatan prediksi; isi tes, penentuan waktu, dan akomodasi. Masalah-masalah dan prosedur pengetesan khusus dengan rujukan pada tiga   kategori utama ketidakmampuan jasmani, yaitu penedengaran, penglihatan, dam motorik.
            Kerusakan Pendengaran
Anak-anak dengan kerusakan pendengaran biasanya di rugikan oleh tes-tes  verbal dan bila isi verbal dipresentasikan secara visual. Tetapi dengan kemajuan akhir-akhir     ini penialian fungsi pendengaran telah mendiagnosis kerusakan pendengaran secara akurat dan memulai pemulihan saat bayi berusia beberapa bulan (Shah & Boyden, 1991). Pengetesan anak-anak tuna rungu adalah sasaran primer dalam pengembangan skala kinerja paling awal, seperti Pintner-Paterson Perfomance Scale dan Arthur Performance Scale. Tes  verbal digunakan jika pertanyaan lisan diketik pada kartu. Pada tingkatan yang lebih dasar,           Hiskey-Nebraska Test of Learning Aptitude (Hiskey, 1966) dikembangkan dan dibakukan pada anak-anak tuli dan sulit mendengar. Ini tes individual yang cocok untuk umur 3 sampai 17. Hiskey-Nebraska memiliki reliabilitas dan bukti validitas memadai dan dipandang sebagai salah satu tes terbaik untuk digunakan pada anak-anak kerusakan pendengaran (Sullivan & Burley, 1990).
            Kerusakan Penglihatan
Teknik-teknik pengetesan lain yang sesuai telah digunakan, misalnya dengan tape recorder. Tes-tes seperti College Board Scholastic Assessment Test (SAT) juga dalam format tipe besar atau huruf Braille. Contoh paling awal tentang tes intelegensi umum yang tealh di adaptasi untuk para tunanetra adalah tes binet. Profil Wechsler atas anak-anak dengan kerusakan penglihatan telah menunjukkan pola yang sama melintasi berbagai telaah; hasilnya menunjukkan bahwa komposisi factorial tugas berbeda untuk mereka disbanding untuk anak penglihatan normal. Meskipun IQ tak dianggap sebagai ukuran akurat seluruh fungsi kognitif anak dengan kerusakan penglihatan, dalam tangan penguji skala Wechsler bias menyediakan informasi diagnostic yang berguna dengan kekuatan dana kelemahan anak-anak. Untuk anak-anak kerusakan penglihatan mempunyai contoh terbaik yaitu Blind      Learning Aptitude test (BLAT), adalah tes yang diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang diadaptasi tes-tes lain, misalnya Raven’s Progressive Matrices, dan soal-soal nonverbal lain, serta mempresentasikannya dalam suatu formal yang timbul.
            Kerusakan Motorik
Ketidakmampuan motorik yang parah ditemukan di antara orang-orang dengancerbol palsy yang menggunakan tes intelegensi umum seperti Stanford-Binet. Berbagai tes     yang dibahas pada awalnya dirancang untuk digunakan dalam pengetesan silang-budaya,   juga dapat diterapkan pada orang-orang tidak mampu secara motorik. Adaptasi Leiter International Performance Scale dan Porteus Mazes untuk anak-anak celebral palsy, (Allen & Collins, 1955; Arnold, 1951). Jenis tes lain yang memungkinkan penggunaan respons     dengan menunjuk adalah tes kosakata bergambar. Tes ini memberikan ukuran cepat atas kosakata “penggunaan” yang membuat tes itu dapat diterapkan, terutama pada orang-orang yang tidak mampu membuat vokalisasi dengan baik dan para tuna rungu. Prosedur yang sama dari pengadaan tes di gabungkan dalam tesklasifikasi bergambar, sebagaimana    diilustrasikan oleh Columbia Mental Maturity Scale (CMMS-Burgermeister, Blum & Lorge, 1972). Data ekstensif tentang validitas dan kemampuan aplikasi CMMS pada berbagai kelompok individu penyandang cacat sudah tersedia untuk bentuk awal test ini. Akan tetapi,   karena norma-normanya sudah kadaluwarsa dan rentang penaksiran kemampuan yang         sempit kemampuan aplikasi CMMS agak terbatas.
l  Pendekatan pada Pengetesan Lintas – Budaya
o    Pendekatan pertama menyangkut pilihan soal yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan validasi tes yang dihasilkan menurut kriteria lokal dalam banyak budaya yang berbeda.
o    Pendekatan kedua adalah mengembangkan tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Kita seharusnya menghindari kesalahan karena memandang tes apapun yang dikembangkan dalam kerangka kultural tunggal sebagai tongkat pengukur universal unutk mengukur ‘intelegensi’ atau konstruk – konstruk lainnya. Yang bisa dipastikan dengan pendekatan semacam ini adalah jarak kultural antara kelompok – kelompok, dan juga derajat akulturasi seseorang serta kesiapannya unutk aktivitas pendidikan dan pekerjaan yang spesifik untuk budaya tertentu.
o    Pendekatan ketiga adalah berbagai tes yang berbeda (adaptasi substansial tes – tes yang ada) bisa dikembangkan dalam budaya, divalidasikan menurut kriteria lokal dan digunakan hanya dalam  budaya yang sesuai.
Tiap tes diterapkan hanya dalam budaya dimana tes itu dikembangkan dan tak diusahakan perbandingan lintas – budaya apapun.
Pengetesan multikultural bergerak menjauh dari penyusunan tes – tes khusus dan lebih dan lebih berfokus pada peran penguji selama proses pengetesan. Pada dasarnya, tanggung jawab penguji  untuk :
untuk  memperoleh informasi tentang latar belakang kultural orang yang di tes.
untuk Memilih tes yang paling cocok dengan maksud penggunaan tes.
untuk  Menyajikan dan meyelengarakan tes secara efektif untuk individu – individu tertentu.
untuk  Menginterpretasikan hasil – hasil tes dilihat dari segi latar belakang dan konteks pengalaman individu(pekerjaan, pendidikan, komunitas dan sebagainya).

Sumber :

Anastasi, A., Urbina, U. (2007). Tes Psikologi (Edisi Ketujuh). Indonesia: PT Indeks

0 komentar:

Posting Komentar